Pengertian Lanjut Usia (lansia)

A.Pengertian Usia Lanjut
Periode selama usia lanjut, ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap dan dikenal sebagai “snecsence” yaitu masa proses menjadi tua. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh daripada periode terdahulu.
Usia enampuluhan biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut. Tahap terakhir dari rentang kehidupan sering dibagi menjadi usia lanjut dini, yang berkisar usia enampuluhan sampai tujuhpuluh tahunan. Dan usia lanjut yang dimulai pada usia tujuhpulahanan sampai akhir kehidupan seseorang (Hurlock,1980:380)

Lanjut usia juga merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua, dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Periode ini digambarkan dalam hadis sebagai berikut : Masa penuaan umur umatku adalah enam puluh hingga tujuh puluh tahun. (HR. Muslim dan Nas’i).

B.Ciri-ciri Usia Lanjut

Menurut Hurlock (Hurlock, 1980, h.380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu :

a.Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.

b.Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise iu seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendadapatnya daripada mendengarkan pendapat orang lain.

c.Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.

d.Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.

e.Perubahan secara fisik
misalnya, pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endoktrin.
Proses penuaan yang trjadi pada masa ini adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahap-tahap menurunnya berbagai fungsi organ tubuh
C.Sikap Keberagamaan usia Lanjut

Mengenai kehidupan keagamaan pada usia lanjut ini, William James mengatakan bahwa umur keagamaan yang sangat luar biasa tampaknya justru terdapat pada usia tua, ketika gejolak kehidupan seksual sudah berakhir. (Robert H Thouless:107). Seiring dengan meningkatnya usia, orang pada masa dewasa lanjut tidak sulit mengikuti agama dan melakukan kunjungan ke tempat ibadah (untuk beribadah, seperti ke masjid), mengunjungi para ulama.

Ketertarikan terhadap agama sering dipusatkan pada masalah kematian yang menjdi sesuatu yang bersifat pribadi. Dan menurunnya kehadiran dan partisipasi dalam kegiatan di masjid pada usia lanjut tidak ada minat adalah lebih sedikit daripada faktor lain seperti kesehatan memburuk atau perasaan tidak dibutuhkan oleh anggota organisasi masjid yang lebih muda.William James mengemukakan bahwa “umur keagamaan yang sangat luar biasa tampaknya justru terdapat pada usia tua, ketika gejolak kemampuan seksual berakhir”.

Secara garis besarnya ciri-ciri keberagamaan di usia lanjut adalah:

1. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kematangan
2. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan
3. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara lebih sungguh-sungguh
4. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesame manusia, serta sifat-sifat luhur
5. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan pertambahan usia lanjutnya
6. Perasaan takut kepada kematian ini berdampak pada peningkatan pembentukan sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya akhirat.

D.Permasalahan Keberagamaan pada Usia Lanjut

Permasalahan pertama adalah penurunan kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang, aktifitas menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat. Pengaruh dari semua itu, mereka yang berada dalam usia lanjut merasa dirinya sudah tidak berharga lagi, karena dari fisik dan tenaganya sudah berkurang sehingga tidak mampu lagi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang biasa mereka lakukan sewaktu usia dewasa.
Perkembangan lanjut usia adalah tahapan perkembangan akhir dari siklus perkembangan manusia. Perkembangan lanjut usia adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun.
Proses menua pada perkembangan lanjut usia adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
Berikut beberapa pendapat mengenai pengertian perkembangan lanjut usia:
  • Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia lanjut dini yang berkisar antara usia enampuluh sampai tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang dimulai pada usia tujuh puluh tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Orangtua muda atau usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih) (Baltes, Smith&Staudinger, Charness&Bosmann) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-orang dewasa lanjut yang lebih muda (Johnson&Perlin).
  • Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.
  • Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
  • Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
  • Menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari.
  • Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap penisium, pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya.
  • Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8).
  • Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4).
Penggolongan perkembangan lanjut menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni:
  1. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.
  2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
  3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, perkembangan lanjut usia merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun sampai meninggal.

Ciri-ciri Perkembangan Lanjut Usia
Menurut Hurlock (Hurlock, 1980, h.380) terdapat beberapa ciri-ciri perkembangan lanjut usia, yaitu:
  • Usia lanjut merupakan periode kemunduran. Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
  • Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas. Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise iu seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendadapatnya daripada mendengarkan pendapat orang lain.
  • Menua membutuhkan perubahan peran. Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
  • Penyesuaian yang buruk pada lansia. Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
Karakteristik
Menurut Butler dan Lewis (1983) serta Aiken (1989) terdapat berbagai karakteristik perkembangan lanjut usia yang bersifat positif. Beberapa di antaranya adalah:
  • keinginan untukmeninggalkan warisan;
  • fungsi sebagai seseorang yangdituakan;
  • kelekatan dengan objek-objek yang dikenal;
  • perasaan tentang siklus kehidupan;
  • kreativitas,
  • rasa ingin tahu dan kejutan (surprise);
  • perasaan tentang penyempurnaan atau pemenuhan kehidupan;
  • konsep diri dan penerimaan diri;
  • kontrol terhadap takdir dan
  • orientasi ke dalam diri;
  • kekakuan dan kelenturan.


Related Posts:

Gagal jantung disebut juga CHF (Congestive Heart Failure)



Skenario :
Tanggal 21 November 2008, Ny. R umur 30 tahun datang ke RS Sitti Aisyah karena merasa sakit di daerah dada setelah beraktifitas. Dilakukakan pemeriksaan fisik : TD 90/70 mmHg, RR 30 x/menit, cepat dan dangkal, N 110 x/mnt. Ny R tampak lemah dengan kondisi abdomen tampak membesar. Bengkak pada kaki, telapak kaki(terdapat petting edema, BB lalu 38 kg dan BB sekarang 54 kg. Hasil EKG terdapat hipertrofi ventrikel kiri(kenaikan segmen ST/T), X-Ray menunjukkan pemebesaran jantung. Klien riwayat bronkhitis kronik sejak tahun yang lalu.
Kata-kata sulit:
Udema  =
Pitting udema = terjadi penumpukan cairan(udema), dimana jika ditekan pada daerah tersebut maka daerah tersebut susah kembali ke bentuk semula
Hipertrofi ventrikel kiri=terjadi pebesaran/penambahan ukuran sel pada ventrikel kiri disebabkan aktivitasnya yang berlebih dalam memompa darah.
Normal :
TD : 90/70 mmHg     Normalnya=  TD:120/80 mmHg
RR: 30x/mnt              Normalnya=  12-20X/mnt
Hasil EKG tdk terjadi Hipertrofi  ventrikel
Normalnya tidak terjadi kenaikan BB                                          
Kata kunci:
1.    Ny N umur 30 tahun dang ke RS Sitti Aisyah karena merasa sakit di daerah dada setelah beraktifitas.
2.    Pemeriksaan fisik: TD 90/70 mmHg, RR 30 X/mnt cepat dan dangkal, N 110 X/mnt
3.    Ny R tampak lemah dengan kondisi abdomen tampak membesar
4.    Bengkak pada kaki,telapak kaki(terdapat peting edema.
5.    Hasil EKG terdapat hipertrofi ventrikel, X-ray menunjukkan pembesaran jantung.
Pokok masalah
CHF (Congestif Heart Failure)

PEMBAHASAN
CHF (Congestif Heart Failure)

A.     Konsep Penyakit
1.      Pengertian
Gagal jantung disebut juga CHF (Congestive Heart Failure) atau Decomp Cordis.
·        Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk matabolisme jaringan.  (Sylvia A Price dan Lorraine M.Wilson.1995:583)
·        Gagal jantung adalah suatu keadaan ketidakmampuan untuk memompakan darah keseluruhan tubuh sesuai dengan kebutuhan metabolisme.  (National Cardiovasculer Harkit.2001:119)
·        Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan sirkulasi yang adekuat, ditandai dengan dispneu, dilatasi vena dan edema.  (Kamus Kedokteran Dorland.1998:291)
Kesimpulan:
Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa gagal jantung adalah keadaan ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah ke seluruh tubuh sesuai dengan kebutuhan.
 
2.      Anatomi dan Fisiologi
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot jantung, bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang tetapi cara kerjanya menyerupai otot polos yaitu di luar kesadaran.
·        Bentuk
Menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul dan disebut juga basis cordis.  Disebelah bawah agak runang disebut apex cordis. 
·        Letak
Di dalam rongga dada sebelah depan (cavum mediastinum arteriol), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di atas diafragma dan pangkalnya dibelakang kiri ICS 5 dan ICS 6 dua jari dibawah papilla mammae.  Pada tempat itu teraba adanya pukulan jantung yang disebut Ictus Cordis.
·        Ukuran
Kurang lebih sebesar kepalan tangan dengan berat kira-kira 250-300 gram.
·        Lapisan
Endokardium          :Lapisan jantung sebelah dalam, yang menutupi katup jantung.
Miokardium            :Lapisan inti dari jantung yang berisi otot untuk berkontraksi.
Perikardium            :lapisan bagian luar yang berdekatan dengan pericardium viseralis.
Jantung sebagai pompa karena fungsi jantung adalah untuk memompa darah sehingga dibagi jadi dua bagian besar, yaitu pompa kiri dan pompa kanan.
Pompa jantung kiri: peredaran darah yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh dimulai dari ventrikel kiri-aorta-arteri-arteriola-kapiler-venula-vena cava superior dan inferior-atrium kanan.
Pompa jantung kanan: peredaran darah kecil yang mengalirkan darah ke pulmonal, dimulai dari ventrikel kanan-arteri pulmonalis-4 vena pulmonalis-atrium kiri.
Gerakan jantung terhadap dua jenis, yaitu konstriksi (sistol) dan relaksasi (diastole) dari kedua atrium, terjadi serentak yang disebut sistol atrial dan diastole atrial.  Konstriksi ventrikel kira-kira 0,3 detik dan tahap dilatasi selama 0,5 detik.  Konstriksi kedua atrium pendek, sedang konstriksi ventrikel lebih lama dan lebih kuat.  Daya dorong dari vantrikel kiri harus lebih kuat karena harus mendorong darah ke seluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah sistemik.
Meskipun ventrikel kanan juga memompakan darah yang sama, tapi tugasny hanya mengalirkan darah ke sekitar paru-paru dimana tekanannya lebih rendah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pompa jantung
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan aliran jantung normal.  Konsep curah jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan CO=HR X SV dimana curah jantung (CO/Cardiac Output) adalah fungsi frekuansi jantung (HR) dan volume sekuncup (SV/Stroke Volume)
Frekuensi janung adalah fungsi system saraf otonom.  Bila curah jantung berkurang, system saraf akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan.  Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Tetapi pada gagal jantung dengan maslah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahanka.
Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi jantung tergantung pada 3 faktor yaitu:
·        Preload                     :adalah sinonim dengan hokum starling pada jantung yang menyatakan jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh regangan otot jantung.
·        Kontraktilitas             :mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel yang berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium.
·        Afterload                   :mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompakan darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol.

3.      Etiologi
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit jantung congenital maupun didapat.  Mekanisme fisiologis, yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik.  Kontraktilitas miokardium pada keadaan dimana terjadi penurunan pada infark miokardium dan cardiomiopati.   Selain ketiga makanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung, ada factor fisiologis lain yang dapat pula mengakibatkan jantung gagal bekerja sebagai pompa.  Factor-faktpr yang mengganggu pengisisan ventrikel seperti stenosis katup atrioventrikuler dapat menyebabkan gagal jantung.
Penyebab gagal pompa jantung secara menyeluruh:
a.       Kelainan mekanis
·        Peningkatan beban tekanan
Ø      Sentral (stenosis aorta)
Ø      Perifer (hipertensi sistemik)
·        Peningkatan beban volume (regurgitasi katup, peningkatan beban awal)
·        Obstruksi terhadap ventrikel (stenosis mitralis atau trikuspidalis)
·        Tamponade pericardium
·        Restruksi endokardium atau miokardium
·        Aneurisma ventrikel
·        Dis-sinergi ventrikel
  
b.      Kelainan miokardium
1)      Primer
·        Kardiomiopati
·        Miokarditis
·        Kelainan metabolic
·        Toksisitas (alcohol, kobalt)
·        Preskardia
2)      Kelainan dis-dinamik sekunder (sekunder terhadap kelainan mekanis)
·        Kekurangan 02
·        Kelainan metabolic
·        Inflamasi
·        Penyakit sistemik
·        Penyakit paru obstrusi menahun (PPOM)
c.       Berubahnya irama jantung atau urutan konduksi
·        Henti jantung
·        Fibrilasi
·        Tachycardia atau bradicardia yang berat
·        Asim kronis listrik, gangguan konduksi

4.      Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gagal jantung secara keseluruhan sangat bergantung pada etiologinya.  Namun dapat digambarkan sebagai berikut:
a.       Ortopnea, yaitu sesak saat berbaring
b.      Dyspnea On Effert (DOE), yaitu sesak bila melakukan aktivitas
c.       Paroxymal Nocturnal Dyspnea (PND), yaitu sesak napas tiba-tiba pada malam hari disertai batuk
d.      Berdebar-debar
e.       Lekas capek
f.        Batuk-batuk
Gambaran klinis gagal jantung kiri:
a.       Sesak napas dyspnea on effert, paroxymal nocturnal dyspnea
b.      Pernapasan cheyne stokes
c.       Batuk-batuk
d.      Sianosis
e.       Suara sesak
f.        Ronchi basah, halus, tidak nyaring di daerah basal paru hydrothorax
g.       Kelainan jantung seperti pembesaran jantung, irama gallop, tachycardia
h.       BMR mungkin naik
i.         Kelainan pada foto roentgen
Gambaran klinis gagal jantung kanan:
a.       Edema pretibia, edema presakral, asites dan hydrothorax
b.      Tekanan vena jugularis meningkat (hepato jugular refluks)
c.       Gangguan gastrointestinal, anorexia, mual, muntah, rasa kembung di epigastrium
d.      Nyeri tekan mungkin didapati gangguan fungsi hati tetapi perbandingan albumin dan globulin tetap, splenomegali, hepatomegali
e.       Gangguan ginjal, albuminuria, silinder hialin, glanular, kadar ureum meninggi (60-100%), oligouria, nocturia
f.        Hiponatremia, hipokalemia, hipoklorimia

5.      Komplikasi
Beberapa komplikasi yang terjadi akibat gagal jantung:
1)      Syok kardiogenik
Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri yang mengakibatkan gangguan fungsi ventrikel kiri yaitu mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan yang khas pada syok kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut adalah hilangnya 40 % atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vocal di seluruh ventrikel karena ketidakseimbangan antara kebutuhan dan supply oksigen miokardium.

2)      Edema paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema dimana saja didalam tubuh.  Factor apapun yang menyebabkan cairan interstitial paru meningkat dari batas negative menjadi batas positif.
Penyebab kelainan paru yang paling umum adalah:
a.       Gagal jantung sisi kiri (penyakit katup mitral) dengan akibat peningkatan tekanan kapiler paru dan membanjiri ruang interstitial dan alveoli.
b.      Kerusakan pada membrane kapiler paru yang disebabkan oleh infeksi seperti pneumonia atau terhirupnya bahan-bahan yang berbahaya seperti gas klorin atau gas sulfur dioksida.  Masing-masing menyebabkan kebocoran protein plasma dan cairan secara cepat keluar dari kapiler.



6.      Test Diagnostik
Kegagalan jantung diagnosa khas berdasarkan temuan-temuan, tanda-tanda dan gejala klinis dan diketahui.  Factor-faktor pencetus, test diagnostic yang dilakukan antara lain:
a)      Electrocardiogram (ECG)
Hipertrofi atrial atau ventricular, penyimpangan aksis, iskemia dan kerusakan pola mungkin terlihat dysritmia misalnya: tachycardia, fibrilasi atrial.
b)      Sonogram
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi atau struktur katup atau area penurunan kontraktilitas ventrikel.
c)      Scan jantung (multigooted adivisiton (MUGA))
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan geraka dinding.
d)      Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dna membantu membedakan gagal jantung sisi kanan versus kiri dan stenosis katup atau insufisiensi juga mengkaji potensi arteri koroner.  Zat kontras disuntikkan ke dalam ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan perubahan kontraktilitas.
e)      Rontgent dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung.  Bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan peningkatan tekanan pulmonal abnormal misalnya: pulgus pada pembesaran jantung kiri dapat menunjukkan aneurisma ventrikel.
f)        Enzim hepar
Meningkat dalam gagal atau kongesti hepar.
g)      Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi diuretic.
h)      Oksimetri nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah, terutama jika gagal jantung kiri akut memperburuk PPOM atau gagal jantung kiri kronis.
i)        AGD
Gagal ventrikel ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan (dini) atau hipoksemia sengan peningkatan PCO2 akhir.
j)        Kreatinin
Peningkatan BUN menandakan penurunan perfusi ginjal.
k)      Albumin/transforin serum
Mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein atau penurunan syntesis dalam hepar yang mengalami kongesti.
l)        HSD
Mungkin menentukan anemia, polysitemia atau perubahan kepekatan menandakan retensi air mungkin meningkat, menunjukkan infark akut.

7.      Penatalaksanaan
a.       Istirahat
b.      Diit, diit jantung, makanan lunak, rendah garam
c.       Pemberian digitalis, membantu kontraksi jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresis akan mengurangi edema. Pada saat pemberian ini pasien harus dipantau terhadap hilangnya dispnea, ortopnea, berkurangnya krekel, dan edema perifer. Apabila terjadi keracunan ditandai dengan anoreksia, mual dan muntah namun itu gejala awal selanjutnya akan terjadi perubahan irama, bradikardi kontrak ventrikel premature, bigemini (denyut normal dan premature saling berganti ), dan takikardia atria proksimal
d.      Pemberian Diuretic, yaitu unutuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal. Bila sudah diresepkan harus diberikan pada siang hari agar tidak mengganggu istirahat pasien pada malam hari, intake dan output pasien harus dicatat mungkin pasien dapat mengalami kehilangan cairan setelah pemberian diuretic, pasien juga harus menimbang badannya setiap hari turgor kulit untuk menghindari terjadinya tanda-tanda dehidrasi
e.       Morfin, diberikan untuk mengurangi sesak napas pada asma cardial, hati-hati depresi pernapasan
f.        Pemberian oksigen
g.       Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan vasoaktif merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal jantung untuk mengurangi impedansi (tekanan) terhadap penyemburan darah oleh ventrikel.

8.      Klasifikasi 
gagal jantung berdasatkan derajat fungsional:
Kelas I             :timbul gejala sesak pada aktivitas fisik yang berat, aktivitas sehari-hari tidak terganggu.
Kelas II            :timbul gejala sesak pada aktivitas sedang, aktivitas sehari-hari sedikit terganggu.
Kelas III           :timbul gejala sesak pada aktivitas ringan, aktivitas sehari-hari terganggu.
Kelas IV          :timbul gejala sesak pada aktivitas sangat ringan atau istirahat.
Sumber: Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler Bidang Pelatihan Harapan Kita)





ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG CHF

 IDENTITAS PASIEN
Nama                         : Ny. R
Umur                         : 30 tahun
Jenis kelamin           : wanita
Agama                       : Islam
Alamat                        : HERTASNING RT.007 RW. 07 Jak-Sel
Suku                          : Sunda
Pekerjaan                  : pegawai bank
Mrs                              : 8-04-2009
Pengkajian                : 12 - 04 – 2009 jam : 10.00
Regester                    : 296 85 90
Diagnosa masuk      : CHF

PENGKAJIAN
Gagal serambi kiri/kanan dari jantung mengakibtkan ketidakmampuan memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik . Karenanya diagnostik dan teraupetik berlnjut . GJK selanjutnya dihubungkan dengan morbiditas dan mortalitas.
1.     Aktivitas/istirahat
a.     Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,    insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.
b.     Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi,  tanda vital berubah pad aktivitas.
2.     Sirkulasi
a.     Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung , bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
b.     Tanda :
1)     TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
2)     Tekanan Nadi ; mungkin sempit.
3)     Irama Jantung ; Disritmia.
4)     Frekuensi jantung ; Takikardia.
5)     Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah
6)     posisi secara inferior ke kiri.
7)     Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat
8)     terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
9)     Murmur sistolik dan diastolic.
10)  Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.
11)  Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian
12)  kapiler lambat.
13)  Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
14)  Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
15)  Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting 
16)  khususnya pada ekstremitas.
3.     Integritas ego
a.     Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
b.     Tanda     : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah, ketakutan dan mudah tersinggung.
4.     Eliminasi
Gejala           : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari (nokturia), diare/konstipasi.
5.     Makanan/cairan
a.     Gejala     : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan diuretic.
b.     Tanda     : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta edema (umum, dependen, tekanan dn pitting).
6.     Higiene
a.     Gejala     : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.
b.     Tanda     : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
7.     Neurosensori
a.     Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
b.     Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
8.     Nyeri/Kenyamanan
a.     Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit pada otot.
b.     Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi diri.
9.     Pernapasan
a.     Gejala     : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.
b.     Tanda     :
1)     Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori pernpasan.
2)     Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
3)     Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal)
4)     Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
5)     Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
6)     Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
10.  Keamanan
Gejala  : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot, kulit lecet.
11.  Interaksi sosial       
Gejala           : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
12.  Pembelajaran/pengajaran
a.     Gejala     : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya : penyekat saluran kalsium.
b.     Tanda     : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.
B.    Diagnosa Keperawatan
1.     Penurunan curah jantung berhubungan dengan ; Perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik,  Perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik,  Perubahan structural, ditandai dengan ;
a.     Peningkatan frekuensi jantung (takikardia) : disritmia, perubahan gambaran pola EKG
b.     Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).
c.     Bunyi ekstra (S3 & S4)
d.     Penurunan keluaran urine
e.     Nadi perifer tidak teraba
f.      Kulit dingin kusam
g.     Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada.
Tujuan
Klien akan :  Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia   terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung , Melaporkan penurunan epiode dispnea, angina, Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
INTERVENSI
a.     Auskultasi nadi apical ; kaji frekuensi, iram jantung
Rasional : Biasnya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel.
b.     Catat bunyi jantung
Rasional : S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah kesermbi yang disteni. Murmur dapat menunjukkan Inkompetensi/stenosis katup.
c.     Palpasi nadi perifer
Rasional : Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis, pedis dan posttibial. Nadi mungkin cepat hilang  atau tidak teratur untuk dipalpasi dan pulse alternan.
d.     Pantau TD
Rasional : Pada GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah dapat meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi danhipotensi tidak dapat norml lagi.
e.     Kaji kulit terhadp pucat dan sianosis
Rasional : Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer ekunder terhadap tidak dekutnya curh jantung; vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapt terjadi sebagai refrakstori GJK. Area yang sakit sering berwarna biru atu belang karena peningkatan kongesti vena.
f.      Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat  sesuai indikasi  (kolaborasi)
Rasional : Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti.
2.     Aktivitas intoleran berhubungan dengan : Ketidak seimbangan antar suplai okigen. Kelemahan umum, Tirah baring lama/immobilisasi. Ditandai dengan : Kelemahan, kelelahan,  Perubahan tanda vital, adanya disrirmia, Dispnea, pucat, berkeringat.
Tujuan /kriteria  evaluasi :
Klien akan : Berpartisipasi pad ktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri,  Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oelh menurunnya kelemahan dan kelelahan.
Intervensi
a.     Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan vasodilator,diuretic dan penyekat beta.
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.
b.     Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, diritmia, dispnea berkeringat dan pucat.
Rasional : Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dpat menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
c.     Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung  daripada kelebihan aktivitas.
d.     Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)
Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat membaik kembali,
3.     Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air. ditandai dengan : Ortopnea, bunyi jantung S3,  Oliguria, edema,  Peningkatan berat badan, hipertensi,  Distres pernapasan, bunyi jantung abnormal.
Tujuan /kriteria  evaluasi,
Klien akan : Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan danpengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil dan tidak ada edema.,  Menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan individual.
Intervensi :
a.     Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.
Rasional : Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring.
b.     Pantau/hitung keseimbangan pemaukan dan pengeluaran selama 24 jam
Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.
c.     Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.
Rasional : Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.
d.     Pantau TD dan CVP (bila ada)
Rasional : Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan cairan dan dapat menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru, gagal jantung.
e.     Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
Rasional : Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi gaster/intestinal.
f.      Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi)
g.     Konsul dengan ahli diet.
Rasional : perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang  memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.
4.     Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan menbran kapiler-alveolus.
Tujuan /kriteria  evaluasi,
Klien akan : Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenisasi dekuat pada jaringan ditunjukkan oleh oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan., Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam btas kemampuan/situasi.
Intervensi :
a.     Pantau bunyi nafas, catat krekles
Rasional : menyatakan adnya kongesti paru/pengumpulan secret  menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.
b.     Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam.
Rasional : membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.
c.     Dorong perubahan posisi.
Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
d.     Kolaborasi dalam Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri.
Rasional : Hipoksemia dapat terjadi berat selama edema paru.
e.     Berikan obat/oksigen tambahan sesuai indikasi
5.     Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan.
Tujuan/kriteria  evaluasi
Klien akan : Mempertahankan integritas kulit,  Mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.
Intervensi
a.     Pantau kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus.
Rasional : Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, imobilisasi fisik dan gangguan status nutrisi.
b.     Pijat area kemerahan atau yang memutih
Rasional : meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jaringan.
c.     Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi waktu satu area yang mengganggu aliran darah.
d.     Berikan perawtan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi.
Rasional : Terlalu kering atau lembab merusak kulit/mempercepat  kerusakan.
e.     Hindari obat intramuskuler
Rasional : Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorbsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit/terjadinya infeksi..
6.     Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program pengobatan berhubungan dengan  kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal, ditandai dengan : Pertanyaan masalah/kesalahan persepsi, terulangnya episode GJK yang dapat dicegah.
Tujuan/kriteria  evaluasi
Klien akan :
a.     Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkan episode berulang dan mencegah komplikasi.
b.     Mengidentifikasi stress pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik untuk menangani.
c.     Melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu.
Intervensi
a.     Diskusikan fungsi jantung normal
Rasional : Pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat memudahkan ketaatan pada program pengobatan.
b.     Kuatkan rasional pengobatan.
Rasional : Klien percaya bahwa perubahan program pasca pulang dibolehkan bila merasa baik dan bebas gejala atau merasa lebih sehat yang dapat meningkatkan resiko eksaserbasi gejala.
c.     Anjurkan makanan diet pada pagi hari.
Rasional : Memberikan waktu adequate untuk efek obat sebelum waktu tidur untuk mencegah/membatasi menghentikan tidur.
d.     Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok pendukung suatu indikasi
Rasional : dapat menambahkan bantuan dengan pemantauan sendiri/penatalaksanaan dirumah.



DAFTAR PUSTAKA

Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Yayasan IAPK Padjajaran Bandung, September 1996, Hal. 443 - 450

Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedikteran EGC, Tahun 2002, Hal ; 52 – 64 & 240 – 249.

Junadi P, Atiek S, Husna A, Kapita selekta  Kedokteran (Efusi Pleura), Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universita Indonesia, 1982, Hal.206 - 208

Wilson Lorraine M, Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit), Buku 2,  Edisi 4, Tahun 1995, Hal ; 704 – 705 & 753 - 763.




























Related Posts: