BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Malaria merupakan salah satu penyakit menular
yang sangat dominan di daerah tropis dan sub tropis serta dapat mematikan dan
membunuh lebih dari satu juta manusia di seluruh dunia disetiap tahunnya.
Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara dengan Negara lain dan dari
satu kabupaten atau wilayah dengan wilayah lain. Pada peta ditunjukan bahwa
saat ini distribusi malaria endemic. Menurut WHO dalam Harijanto, P.N (2000),
pada tahun 1990, 80% kasus di Afrika, dan kelompok potensial terjadinya
penyebaran malaria indigenous di Sembilan Negara yaitu :India, Brazil,
Afganistan, Srilangka, Thailand,
Indonesia, Vietnam, China, dan Cambodja.
Plasmodium falciparum adalah spesies paling dominan dengan 120 juta
kasus baru pertahun, dan lebih dari satu juta kematian pertahun secara global.
Dalam tahun 1989 yang lalu WHO kembali mendeklarasikan penanggukangan malaria
menjadi prioritas global.(Harijanto, P.N, 2000).
Malaria adalah salah satu penyakit yang
disebabkan oleh parasit sporozoa dari genus plasmodium, yang secara klinis
ditandai dengan serangan demam paroksismal dan periodik, disertai anemia,
pembesaran limpa dan kadang-kadang dengan komplikasi pernisiosa seperti ikterik,
diare, black water fever, acute tubular necrosis, dan malaria cerebral.
Malaria masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia dengan 15 juta kasus dan 38.000 kematian
setiap tahunnya. Ini berarti di Indonesia terdapat 100 kematian tiap harinya
atau 4 kematian per jam yang disebabkan oleh malaria. Kabupaten-kabupaten di
Indonesia di luar jawa dan Bali merupakan daerah endemik malaria. Diperkirakan
35% penduduk Indonesia tinggal di daerah yang beresiko tertular malaria.
Sampai saat ini, pemberantasan malaria yang
dilakukan di Indonesia secara umum ditujukan untuk menurunkan angka kematian,
mempersempit daerah penularan, menurunkan angka kematian dan mencegah
terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB). Hal ini dilakukan dengan cara :Pengobatan
penderita yang tersangka malaria atau yang telah terbukti positif mengandung
parasit malaria secara laboratorium dan pengendalian nyamuk malaria dengan
perbaikan lingkungan, penggunaan kelambu, penebaran ikan pemakan jentik, dan
upaya-upaya lain untuk menekan populasi nyamuk.
Akhir-akhir ini banyak peneliti yang
dilakukan untuk mendapatkan metode pemeriksaan laboratorium diagnosik malaria
yang lebih baik dari yang sudah ada. Hingga saat ini masi terus diteliti
metode-metode baru yang sesuai, lebih peka, lebih mudah pelaksanaanya dan lebih
murah. ( Husaini, 1992 ).
Pemeriksaan sediaan darah selain digunakan
untuk pemeriksaan darah rutin dapat juga digunakan untuk identifikasi adanya
malaria dapat dilakukan dengan banyak metode , salah satunya dengan pembuatan
sediaan darah malaria. Pembuatan sediaan malaria dapat dilakukan dalam dua
bentuk yaitu sediaan darah tipis dan sediaan darah tebal. (Irianto, 2009).
Diagnose malaria secara pasti bisa ditegakan
jika ditemukan parasit malaria dalam darah penderita. Oleh karna itu, cara
diagnosis malaria yang paling penting adalah dengan memeriksa darah penderita secara
mikroskopik, dengan membuat sediaan darah tipis maupun sediaan darah tebal.
Pemeriksaan mikroskopik terhadap sediaan darah merupakan Gold standar dalam
diagnosis malaria. Pemeriksaan serologi
tidak diperlukan untuk diagnosis malaria yang akut, tetapi bisa
dideteksi penyakit malaria yang lampau
dan perannya
adalah dalam penelitian Epidemologi (Putu sutisn, 2004).
Mengetahui pentingnya pemeriksaan malaria
maka penulis tertarik untuk meneliti Gambaran karakteristik plasmodium falcifarum dan plasmodium vivax terhadap sediaan darah
tebal dan sediaan darah tipis pada penderita malaria di puskesmas Nangapanda
Kabupaten Ende Nusa Tenggara Timur.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian pada latar
belakang di atas maka rumusan masalah dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Bagaimana gambaran
karakteristik plasmodium falciparum
pada sedian darah tebal dan sedian darah tipis pada penderita malaria.
2.
Bagaimana gambaran
karakteristik plasmodium vivax pada
sedian darah tebal dan sedian darah tipis pada penderita malaria.
C.
Tujuan
penelitian
1.
Tujuan umum
Untuk
mengetahui pebedaan gambaran
karakteristik plasmodium
falciparum dan plasmodium vivax pada sedian darah tebal dan sedian darah
tipis pada penderita malaria.
2.
Tujuan khusus
Untuk menentukan perbedaan gambaran
karakteristik plasmodium falciparum dan
plasmodium vivax pada sedian darah
tebal dan darah tipis pada penderita malaria.
D.
Manfaat
Penelitian
1. Terhadap
akademik, sebagai referensi dan tambahan pengetahuan bagi tenaga analis akan
pemeriksaan malaria.
2. Terhadap instansi, sebagai sumbangsi pikiran dalam
rangka peningkatan kualitas sistim
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
3. Terhadap
peneliti, sebagai penambahan wawasan pengetahuan tentang pemerikasaan
parasitologi khususnya pemeriksaan malaria.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN
KERANGKA PIKIR
A.
Tinjauan
Pustaka
1.
Tinjauan
Umum Malaria
Penyakit
malaria telah di ketahui sejak zamanYunani. Klinik penyakit malaria adalah khas,
mudah dikenal,karena demam yang naik turun dan teratur disertai menggigil,maka
pada waktu itu sudah di kenal febris tersiana dan febris kuartana. Disamping
itu terdapat kelainannya pada limpa, yaitu splenomegali : limpa membesar dan
menjadi keras,sehingga dahulu penyakit malaria disebut demam kura.
Malaria telah di ketahui sejak lama, penyebabnya belum
diketahui. Dahulu penyakit ini diduga disebabkan oleh hukuman dewa-dewa karena
waktu itu ada wabah di sekitar Roma. Ternyata penyakit ini banyak terdapat di
daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk disekitarnya, maka penyakit
disebut “MALARIA” (Mal Area= udara buruk) (Gandahusada, dkk, 2000).
Penyakit
malaria disebabkan oleh parasit malaria (yaitu suatu protozoa daerah
yang termasuk genus plasmodium) yang dibawah oleh nyamuk Anopheles. Ada 4
spesies plasmodium penyebab
malaria pada manusia , yaitu plasmodium
vivax, plasmodium falciparum, plasmodium malariae, plasmodium ovale.
Masing-masing spesies plasmodium menyebabkan infeksi malaria yang berbeda-beda.
Spesies parasit malaria yang
mengidentifikasi manusia adalah plasmodium
falciparum, plasmodium vivax, plasmodium malariae,dan plasmodium ovale.
2.
Tinjauan
umum plasmodium falciparum
Plasmodium falciparum
menyebabkan penyakit malaria tertian maligna (malaria tropica) disebut pula
malaria subtertiana atau lebih tepat malaria falciparum yang sering
menjadi malaria yang berat dengan angka kematian yang tinggi. Infeksi oleh spesies ini menyebabkan
parasitemia yang meningkat. Jauh lebih cepat dibandingkan spesies lain dan
merozoitnya menginfeksi sel darah merah dari segala umur (baik tua maupun
muda).
a. Morfologi
Pada
infeksi plasmodium falciparum bentuk
atau fase yang ditemukan di dalam darah tepi hanyalah bentuk cincin dan atau
gametosit. Sizogoni terjadi di dalam kapiler organ-organ dalam dan didalam
jantung. Eritrosit yang diinfeksi tidak bertambah besar. Sering ditemukan lebih
dari satu bentuk cincin didalam eritrosit (Mutipleinfection).
Bentuk cincin yang menempel pada pinggir membrane eritrosit merupakan tanda
khas spesies ini. Adanya bentuk cincin yang halus dan seragam dalam jumlah
banyak sering dengan titik kromatin rangkap (double dost).
Skizon
berbentuk lonjong atau bulat, tidak ditemukan darah tepi, kecuali pada infeksi
yang berat. Skizon yang matang mengandung 16-20 merozoit yang kecil.
Gametosit yang masih muda berbentuk
lonjong. Sesudah matang, bentuk gametosit menjadi pisang atau sering disebut
sabit(cresent)pada penanaman yang kuat kadang dalam bentuk eritrosit di jumpai
prespitat sitoplasma berbentuk titik-titik yang tidak teratur, sebagai
keping-kepingan atau batang-batang berwarna merah,disebut titik-titik maure (maurer,s clefts).
b. Siklus
hidup
Siklus
hidup semua spesies parasit malaria pada manusia adalah sama yaitu mengalami
stadium-stadium yang berpindah dari vektor nyamuk ke manusia dan kembali ke
nyamuk lagi. Terdiri dari siklus seksual (sporogoni)
yang berlangsung pada nyamuk anopheles dan siklus aseksual yang berlangsung
pada manusia meliputi fase eritrosit (erythrocytic
schizohoni) dan fase yang berlangsung didalam parenkim sel hepar (exo-eritthrocyitic schizogony).
1) Stadium
hati
Stdium
ini dimulai ketika nyamuk anopheles betina menggigit manusia dan memasukan
sporozoit yang terdapat pada air liurnya ke dalam darah manusia sewaktu mengisap darah, melalui aliran darah
dalam beberapa menit kemudian (1/2- 1 jam) sporozoit
menginfeksi sel hati dan menjalani fase eksoeritrositer primer.
2) Fase
eksoeritrositer primer.
Sporozoit
menjalani fase skizogoni yang menghasilkan merozoit eksoeritrosit yang disebut
kriptozoit, sebagian dari kriptozoit masuk ke dalam sel darah merah dan
membentuk tropozoit. Tropozoit yang ada di dalam sel darah merah lambat laun
membesar dan gerakannya banyak. Jika
besarnya sudah mencapai separuh sel darah maka gerakannya akan berkurang selanjutnya membentuk sizon. Sizon bertambah
besar dan mengisi sebagian besar dari sel darah merah pecah dan bagian-bagian
dari sizon berada dalam plasma darah. Tiap bagian disebut merozoit.
Merozoit akan menyerang sel darah merah dan mengulangi
fase gametogoni yaitu fase untuk pembentukan sel kelamin jantan dan betina.
Hasil dari fase gametosit adalah mikrogametosit dan makrogametosit. Apabila
darah diisap oleh nyamuk maka semua bentuk parasit malaria akan masuk ke dalam
lambung nyamuk. Tropozoit dan sizon akan hancur sedangkan gametosit akan
meneruskan lingkaran sporogoni.
3) Lingkaran
sporogoni
Sebelum
menjalani lingkaran ini , mikrogametosit dan makrogametosit berubah menjadi
mikrogamet dan makrogamet (mikrogametosit mengeluarkan 8 mikrogamet/spermatozoa
sedangkan makrogametosit mengeluarkan 1 telur). Mikrogametosit melepaskan diri
dari sel darah merah dan membulatkan diri dan melepaskan diri dari badannya dan
tiap-tiap badan baru ini disebut mikrogamet yang berenang kian kemarin dalam
lambung nyamuk mencari makrogamet sehingga terbentuk zigot.
Zigot
berubah menjadi ookinet yang berenang menuju dinding lambung nyamuk dan
beristrhat sebagai ookista di bawah membrane disebelah luar lambung nyamuk
sambil membulatkan diri . apabila sudah tua , ookista pecah dan keluarlah
sporozoit yang masuk ke dalam cairan rongga tubuh nyamuk menuju kelenjar liur
dan siap untuk ditularkan ke dalam tubuh manusia.
c. Patologi
Ada dua perubahan yang mendasar terjadi pada malaria falciparum:
1) Perubahan
vaskuler
Hancurnya
sel-sel darah merah yang mengandung parasit malaria secara berurutan diikuti
oleh respons humoral dan seluler. Respon seluler merangsang proses fagositosis
terhadap sel-sel darah merah yang mengandung parasit,pigmen dan sisa-sisa yang
rusak oleh sel-sel histiosit.sel-sel makrofag tetap dalam system
retikuluendotel, khususnya dalam limpa, sehingga limpa membengkak.
Hemoglobin
bebas yang tidak diubah menjadi hematin
atau hemazoin (pigmen malaria) dengan segera diubah menjadi bilirubin lalu
diambil oleh hati untuk ditambah ke kantong empedu. Pada malaria falciparum penghancuran eritrosit lebih
banyak.
2) Anoksia
atau hipoksia jaringan
Anoksia
pada jaringan terjadi karena jumlah eritrosit menurun trombosit pada kapiler
pembuluh darah dan volume darah yang berkurang karena permeabilitas pembuluh
darah meningkat terhadap cairan dan protein disebabkan oleh kerusakan edotel.
Gangguan vaskuler yang parah terlihat
jelas pada malaria falciparum dengan
tersumbatnya pembuluh kapiler karena mengumpulkan sel-sel eritrosit yang
infeksi sel fagosit, plasma yang mengental dank arena aliran darah yang menjadi
lambat
d. Gejala
Klinis Malaria Falciparum
Malaria tropika
merupakan bentuk yang paling berat,ditandai dengan panas ireguler,
anemia,spelonemegali,parasitemia yang banyak. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria
tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Gejala yang sering dijumpai adalah
sakit kepala, nyeri belakang/tungkai , lesu , persaan dingin,mual,muntah dan
diare. Apabila infeksi memberat nadi cepat muntah,diare menjadi berat dan
diikuti kelainan paru 9 batuk. Hati membesar dan timbul ikterus. Anemia
lebihmenonjol dengan leukopenia dan
monositos.
Demam biasanya mulai
dengan ireguler setelah beberapa saat berbentuk quadian (interval 24 jam).pada
fase panas suhu tidak turun sampai normal.
Limpa membesar dengan
cepat, dan biasanya teraba minggu pertama setelah infeksi. Pembesaran limpa
disertai dengan nyeri pada peraban. Anemia sering terjadi mulai dari derajat
ringan sampai berat. Anemia biasanya normositik dan sum-sum tulang
normoblastik. Leukopenia biasanya dengan hitung leukosit 3000-6000/mm. Dengan
penurunan granulasit dan peningkat monosit ( harijanto ,2000).
e. Imunitas
Imunitas terhadap
malaria adalah ketahanan terhadap infeksi parasitmalaria, sebagai hasil
berbagai proses yang terjadi untuk menghancurkan plasmodium atau menahan
kemampuannya berbagi faktor yang bisa mengurangi efek invasi parasit malaria
terhadap sel atau jaringan hospes dan daya untuk menyembuhkan jaringan yang
telah mengalami kerusakan.
Imunitas terhadap
malaria falciparum bisa bersifat
bawaan (innate),terkait dengan faktor genetis, dan yang didapat(acquired) yang
melibatkan faktor-faktor humoral dan seluler sebagai respon terhadap infeksi
parasit malaria
1) Imunitas bawaan
Tidak adanya ligand
tertentu dalam eritrosit yang di perlukan dalam mekanisme perlekatan antara
eritrosit dan reseptor spesifik pada permukaan merozoit, menjadi tahap awal
proses masuknya merozoit ke dalam sel darah merah. Contohnya glycophorin
merupakan suatu ligand yang dibutuhkan oleh plasmodium
falciparum sehingga individu yang tidak mempunyai liganini menjadi kebal
terhadap infeksi plasmodium falciparum.
Adanya kelainan pada
komponen-komponen tertentu dalam hemoglobin menimbulkan hambatan terhadap pertumbuhan
parasit di dalam sel. Contohnya pada kelainan hemoglobin yang menimbulkan
kekebalan tertentu terhadap infeksi plasmodium
falciparum, misalnya pada kelainan dalam bentuk Hb S,yang ekspresi
heterozigositasnya menyebabakan sickle call trait atau pada kelainan dengan Hb
C, Hb E, dan hemizigositosis (pada wanita). Kelainan tersebut menyebabakan
terhambatnya pertumbuhan parasit di dalam sel darah merah, tidak sepenuhnya
meniadakan pertumbuhan parasit tersebut.
2) Imunitas yang didapat
Imunitas yang didapat
berlangsung dua tahap yaitu:
a) Tahap pertam, menghasilkan kemampuan untuk membatasi
kelainan klinis, walaupun jumlah parasit di dalam darah masih tinggi.
b) Tahap kedua, menghasilkan kemampuan untuk menekan jumlah
parasit di dalam darah. Tahap ini bersifat spesifik untuk spesies dan stadium
parasit malaria tertentu, dan terutama bekerja terhadap stadium aseksual dalam
darah merah.
f. Diagnosa Malaria
Falciparum
Diagnosa malaria
falciparum sebagaimana penyakit pada umumnya di dasarkan pada manifestasi
klinik imunoserologis yang ditemukan parasit (plasmodium) di dalam darah
penderita. Manifestasi klinis demam malaria seringkali tidak khas dan
menyerupai penyakit infeksi lain (demam dengue, demam tifoid) sehingga
menyulitkan para klinis untuk mendiagnosa malaria dengan mengandalkan
pengamatan manifestasi klinis saja. Untuk itu di perlukan pemeriksaan
laboratorium untuk menunjang diagnosa malaria sejak dini.
Pemeriksaan mikroskopik
membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai nilai diagnosa yang tinggi
antara lain waktu pengambilan sampelharus tepat yaitu pada akhir periode demam
memasuki periode berkeringat.volume yang diambil cukup darah kapiler dengan
volume 300-400 µ untuk sediaan tabel dan 100-150 µ untuk sediaan tipis,kualitas
preparet harus baik untuk menjamin identifikasi spesies plasmodium yang tepat
zat pewarna yang baik(Harijanto,2000)
Diagnosis malaria
falciparum dapat di buat dengan menemukan parasit stadium tropozoit mudah
(bentuk cincin) tanpa atau dengan stadiumgametosis dalam sediaan darah
tepi.pada autopsidapay di temukan pigmen dan parasit dalam kapiler otak dan
alat-alat dalam(gandahusada,2000)
3.
Tinjauan umum plasmodium vivax
Manusia merupakan hospes perantara parasit ini, sedangkan
hospes defenitifnya adalah nyamuk anopheles betina. Plasmodium penyebab malaria
tertiana disebut juga malaria vivax atau
“tertian aque” Dengan tusukan nyamuk anopheles betina sporozoit dimasukan
melalui kulit ke peredaran darah manusia,kemudian sporozoit masuk ke dalam sel
hati.spesies ini memiliki kecenderungan menginfeksi sel-sel darah merah yang
muda(rocikulosit) ketika peneliti-peneliti pionir italia untuk pertama kali
menemukan tropozoid spesies ini dengan gerakannyadi dalam sel darah merah
mereka memberi julukan ini sebagai “vivace”yang
kemudian menjadi ”vivax”
Istilah tertian berawal dari kenyataan bahwa
malaria yang timbu menyebabkan serangan demam setiap 48 jam atau setiap hari
ketiga pada waktu siang atau sore.inkubasi plasmodium
vivax antara 12 hingga 17 hari dan salah satu gejala adalah pembengkakan
limpa,tetapi pada beberapa strain p.vivax
dapat sampai 6-9 bulan atau mungkin lebih lama.serangan pertama di mulai dengan
sindrom prodmoral: sakit
kepala,sakit punggung,mual dan malaise umum.pada relaps sindrom prodomal ini
ringan atau tidak ada.Demam tidak teratur pada 2-4 hari pertama,kemudian
menjadi intermiten dengan perbedaan yang nyata pada pagi atau sore hari,suhu
meninggi kemidian turun menjadi normal.kurva demam pada permulaan penyakit ini
tidak teratur,disebab karena adanya beberapa kelompok(brood) parasit yang masing-masing mempunyai saat sporulasi
tersendiri hingga demam tidak teratur,tetapi kurva demam menjadi teratur,yaitu
perioditas 48 jam.serangan demam terjadi pada sore hari dan mulai jelas dengan
stadium menggigil,panas dan berkeringat yang klasik.mual dan muntah serta
herpes pada bibir dapat terjadi.pusing,mengantuk atau gejala lain yang di
timbulkan oleh iritasi serebral dapat terjadi tetapi hanya berlangsung
sementara.Anemia pada serangan pertama biasanya belum jelas atau tidak berat.tetapi
pada malaria menahun menjadi lebih jelas.Limpa pada serangan pertama mulai
membesar,dengan konsisten lembek dan mulai teraba pada minggu kedua.pada
malaria menahun mulai membesar,keras dan kenyal.trauma kecil(misalkan pada suhu
kecelakaan)
Pada permulaan serangan
pertama,jumlah parasit P.vivax kecil
dalam peredaran darah tepi,tetapi
bila demam tersian telah berlangsung,jumlahnya bertambah besar.kira-kira satu
minggu setelah serangan pertama,stadium gametosit tampak dalam darah.suatu
serangan tunggal yang tidak di beri pengobatan,dapat berlangsung beberapa
minggu dalam serangan demam yang berulang-ulang.
a. Morfologi
Stadium tropozoit pada sedian tebal plasmodium vivax sitoplasma berwarna biru, bentuk cincin agak
tebal, inti bulat plasmodium berwarna merah memiliki bintik scuffner.
Stadium schizon pada sedian darah tebal plasmodium vivax bentuknyapada mengisi
hampir seluruh , eritrosit berisi 14 – 24, merozoit bentuknya lebar berupa
granula merah letaknya di tengah yang di kelilingi oleh sekelompok sitoplasma
yang berwarna biru pucat.
Makrogametosit
pada sedian darah tebal pada plasmodium
vivax bentuknya bulat, inti merah padat di tepi, sitoplasma biru melebar.
Mikrogametositnya berbentuk bulat letaknya di tengah berwarna merah muda,
sitoplasma biru kemerahan melebar.
b. Siklus hidup
Genus
plasmodium ini memilik 2 siklus hidup yaitu:
1) Fase aseksual
Siklus dimulai ketika anopheles betina menggigit manusia
dan memasukan sporozoit yang terdapat
pada air liurnya kedalam aliran darah manusia.
Jasad yang berlangsung dan licin ini dalam waktu 30 menit
sampai 1 jam memasuki sel parenkim hati dan berkembang biak membentuk skizon
hati yang eksoeritrosit karena parasit belum masuk pada sel darah merah. Lama
fase ini berbeda untuk tiap spesies
plasmodium pada akhir fase, skizon hati pecah, merozoit keluar lalu masuk dalam
aliran darah (disebut sporulasi) pada plasmodium
vivax, P. Ovale sebagian sporozoit
membentuk hiproksoit dalam hati (sporozoit yang tidur selama periode tertentu).
(Arlan prabowo, 2004).
2) Fase seksual
Jika nyamuk anopheles
betina mengisap cairan manusia yang mengandung parasit malaria, parasit bentuk
seksual masuk kedalam perut nyamuk. Bentuk ini mengalami pematangan menjadi
mikrogametosit dan makrogametosit dan terjadilah perubahan yang disebut zigot,
selanjutnya,okista menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookista. Jika
ookista pecah ribuan sporozoid di lepaskan dan mencapai kelenjar air liur
nyamuk dan siap ditularkan jika nyamuk
menggigit tubuh manusia.
c. Patologi
Ada dua perubahan
patologi yang mendasar terjadi pada malaria :
Pertama, perubahan vaskuler,
berupa penghancuran sel darah merah dan penyumbatan pembuluh darah kapiler di
organ-organ dalam. Hancurnya sel-sel darah merah yang mengandung parasit
malaria secara berurutan diikuti oleh respon humoral dan seluler.
Respon seluler
merangsang proses fagesitosis terhadap sel-sel darah merah yang mengandung
parasit, pigmen dan sisa-sisa sel rusak oleh sel-sel sisfosit pengembara dan
sel-sel magrograf tetap dalam sistem retikuloedotee khususnya dalam limfa
membengkak. Pada malria vivax primer, penghancuran eritrosit biasa
mencapai 10 - 20 % dan pada ,malaria
falcipaparum lebih banyak lagi.
Kedua, anoreksia atau anoksia jantung pada organ-organ
dalam, misalnya, hati, otak, ginjal dan lain-lainnya dengan manifestasi
klinisnya. Anoreksia pada jaringan terjadi karena jumlah eritrosit menurun,
trombosit kapiler pada pembuluh darah, dan volume darah yang berkurang karena
permeabilitas pembuluh darah meningkat terhadap cairan dan protein, disebabkan
oleh kerusakan edotol. Terjadinya penyumbatan pembuluh arteriol dan sebaliknya
pelebaran pembuluh kapiler sehingga darah ke organ dalam menjadi hambat.
d. Gejala Klinis
1)
Gejala umum malaria
Gejala malaria terdiri dari beberapa serangan demam
dengan interval tertentu (disebut poroksisme) diselingi oleh suatu periode yang
penderita merasa lemah, mengeluh sakit kepala, kehilangan nafsu makan, mual,
muntah (gejala awal disebut gejala prodromal). Umumnya gejala yang disebabkan
plasmodium falciparum lebih berat dan lebih akut dibandingkan dengan jenis
plasmodium lainnya, gambaran khas dari penyakit malaria adalah adanya demam
periodik, pembesaran limpa(splenomegali) dan anemia.
a) Demam
Biasanya belum timbul
demam, penderita malaria akan mengeluh lesu skit kepala, nyeri pada tulang dan
otot, kurang nafsu makan, diare dan kadang-kadang merasa dingin di
punggung,umumnya keluhan ini biasanya pada malaria yang disebabkan P. Vivax
sedangakan pada P. Falciparum keluhan tersebut tidak jelas.
Demam pada penyakit
malaria berbeda-beda waktunya tergantung dari plasmodium penyebanya. Pada
plasmodium vivax penyebab malaria tertian demamnya timbul teratur 3 hari,
sedangakan plasmodium falciparum penyebab malaria tropika dengan demam timbul
secara tidak teratur tiap 24 – 48 jam.
Berikut dipaparkan
stadium yang khas pada malaria:
b) Stadium menggigil
Dimulai dengan perasaan kedinginan hingga menggigil,
stadium ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam dan di ikuti dengan meningkatnya
suhu badan.
c) Stadium puncak demam
Penderita yang sebelumnya merasa kedinginan berubah
menjadi panas. Stadium ini berlangsung selama 2 jam lebih diikuti dengan
keadaan berkeringat.
d) Stadium berkeringat
Penderita berkeringat banyak diseluruh tubuhnya, suhu ba,
dan turun dengan cepat , penderita merasa sangat lelah dan sering tidur,stadium
ini berlangsung selama 2- 4 jam.
e) Pembesaran limfa
Pembesaran limfa merupakan gejala khas pada malaria
kronis atau menahun limpa terjadi
bengkak dan terjadi nyeri.Limpa membengkak akibat penyumbatanoleh sel-sel darah
merah mengandung parasit.
f) Anemia
Pada penyakit malaria anemia sampai dibawah normal
disebabkan penghancur sel darah merah yang berlebihan oleh parasit malaria.
e. Diagnosa
Diagnosis malaria secara
pasti biasa ditegakan jika ditemukan parasit malaria dalam darah penderita.
Oleh karena itu cara diagnosis malaria yang paling penting adalah dengan
memeriksa darah penderita secara mikroskopis dengan membuat sediaan darah
tebal.Pemeriksaan mikroskopis terhadap sediaan darah merupakan goid
standar dalam diagnosis malaria.
B.
kerangka pikir
Plasmodium falciparum dan plasmodium vivax adalah
spesies yang menginfeksi sel darah merah manusia dari segala umur (baik tua maupun muda) yang dapat di lihat
karakteristiknya melalui sediaan darah tebal dan sedian darah tipis.
Berdasarkan urain
diatas, maka dibuatlah kerangka berpikir sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka pikir
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasional dengan pendekatan deskriptif untuk mengetahui gambaran
tropozoit, schizon dan gemetozoit pada Plasmodium
falciparum dan plasmodium vivax berdasarkan
sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis pada penderita malaria.
B.
Alur Penelitian
|
Pasien
|
|
Darah Kapiler
|
|
Sediaan darah tipis
|
|
Sediaan darah tebal
|
|
Pengecatan Giemsa
|
|
Hasil
|
|
Mikroskop Objektif 100X (oil
imersi
|
)
|
|
Analisa Data
|
|
Pembahasan
|
|
Kesimpulan
|
|
saran
|
Gambar 3.1 Alur
Penelitian
C.
Tempat Dan Waktu Penelitian
1.
Tempat pengambilan sampel
Tempat pengambilan sampel ini dilaksanakan di Puskesmas
Nangapanda Kabupaten Ende Nusa Tenggara Timur.
2.
Tempat pemeriksaan sampel
Tempat pemeriksaan sampel ini dilaksanakan di
Laboratorium Puskesmas Nangapanda Kabupaten Ende Nusa Tenggara Timur.
3.
Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2014.
D.
Populasi Dan Sampel Penelitian
1.
Populasi
Populasi dalam
penelitian ini adalah pasien rawat jalan yang terdiagnosa malaria yang
diperiksa oleh Laboratorium Puskesmas Nangapanda Kabupaten Ende Nusa
TenggataTimur saat dilakukan penelitian.
2.
Sampel
Besar sampel yang akan di diperiksa adalah sebanyak 10
sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah darah kapiler pasien rawat jalan
yang berkunjung di Puskesmas Nangapanda Kabupaten Ende Nusa Tenggara Timur yang
dinyatakan menderita malaria tropika dan malaria tertian berdasarkan hasil
laboratorium.
E.
Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel
bebas pada penelitian ini adalah penderita malaria.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat untuk menentukan gambaran Plasmodium Falciparum dan plasmodium vivax.
F.
Defenisi operasional
Dalam memperoleh batasan yang jelas
tentang pelaksanaan kegiatan penilitian ini ,maka penulis dapat mengemukakan
defenisi operasional sebagai berikut:
1. Karektiristik adalah gambaran sifat atau ciri khas suatu
objek.
2. Plasmodium falciparum adalah suatu spesies yang dapat
menyebabkan penyakit malaria tropica yang di tandai dengan demam yang biasanya
timbul setiap 24-48 jam.
3. Plasmodium vivax adalah suatu spesies yang menyebabkan
penyakit malaria vivaks pada hospes perantaranya.
4. Sedian darah tebal adalah sediaan yang terdiri dari
tumpukan sel darah merah dengan volume darah yang diambil bnyak (3-5 tetes) dan
membutuhkan waktu yang singkat untuk menentukan parasit yang petama.
5. Sediaan darah tipis adalah sediaan yang terdiri dari satu
lapisan sel darah merah dengan volume yang diambil sedikit (1 tetes) dan
membutuhkan wktu yang lama untuk menentukan
parasit yang pertama.
6. Penderita malaria adalah penderita yang telah terinfeksi
oleh parasit malaria.
7. Giemsa adalah tepung zat warna yang terdiri dari eozin (yang memberi warna
merah pada sel darah merah), dan methilen azuur(memberi warna merah pada inti
parasit), methilen blue (memberi warna biru pada pada semua sitoplasma). Ketiga
jenis zat warna ini dilarutkan dengan alkohol, methanol tambahan glaserin.
Larutan ini dikemas dalam botol coklat ukuran 100, 500, 1000 cc dan dikenal
sebagai giemsa stok derajat keasamannya netral.
G.
Prosedur kerja
1.
Prinsip pemeriksaan
Darah diteteskan diatas objek glass
kemudian dibuat sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis dan diwarnai dengan
giemsa kemudian diperiksa dibawah mikroskop
pembesaran 100x dengan penambahan
oil emersi.
2.
Alat dan bahan
a. Lanset
b. Objek glass
c. Pipet tetes
d. Rak pengecatan
e. Mikroskop
f. Aquades
g. Giemsa
h. Kapas alkohol
i. Methanol
j. Oil emersi
3.
Cara kerja
a. Pembuatan sediaan darah tebal :
1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Dibersihkan ujung jari pasien dengan kapas
alkohol,biarkan kering sendiri.
3) Tusuk dengan lancet steril sedalam kurang lebih 3 mm
darah harus keluar dengansendirinya tanpa diperas.
4) Tetesan darah pertama di hapus dengan kapas kering dan
ditunggu sampai darah keluar lagi.
5) Tetesan darah kedua yang agak besar ditempelkan pada
bagian tengah kaca sediaan.
6) Diambil kaca objek yang lain,tempelkan ujungnya pada
tetesan darah dan lebarkan berlawanan arah jarum jam sampai diameter kurang
lebih 1 cm.
7) Biarkan kaca objek diatas rak dengan tetesan darah
disebelah atas,kemudian tetesi dengan aquades (untuk pemisahan hemoglobin)tunggu
sampai terhemolisa(menjadi pucat) kemudian sisa aquades dibuang.
8) Keringkan di udara dan siap diwarnai.
b. Pembuatan sediaan darah tipis :
1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Dibersihkan ujung jari dengan kapas alkohol kemudian
ditusuk ujung jari dengan menggunakan lanset. Tetes darah pertama dilap dengan
kapas kering untuk menghilangkan sel darah
pembeku(Trombosit) terdapat pada sampel darah dan agar sampel darah
terbebas dari alkohol.
3) Disentuh tanpa menyentuh kulit setetes darah kecil (garis
tengah tidak melebih 2 mm) dengan kaca itu, kira-kira 2 cm dari ujungnya dan letakan kaca itu
diatas meja dengan dengan tetes darah disebelah kanan.
4) Dengan tangan kanan diletakan kaca objek lain disebelah
kiri tetes tadi dan gerakan ke kanan hingga mengenai tetes darah
5) Tetes darah akan menyebar pada sisi penggeser. Ditunggu
sampai darah tersebut mencapai titik kira-kira
½ cm dari sudut kaca penggeser.
6) Segera di geserkan kaca itu ke kiri sambil dipegang miring dengan sudut antara 30 dan 45 derajat.
7) Dibiarkan sediaan itu kering di udara.
8) Ditulis nama penderita dan tanggal pada bagian sediaan
yang tebal.
9) Difiksasi sediaan dengan methanol sebelum diwarnai.
c. Pengecatan giemsa
1) Diencerkan larutan giemsa 1 : 9
2) Di letakan sediaan di atas rak pewarna kemudian pulas
dengan larutan giemsa dan biarkan selama 20-30 menit.
3) Kemudian dituangkan aquadet di atasnya sampai zat pewarna
hilang.
4) Keringkan sediaan dengan cara melekatkan kaca objek di
atas rak pengering, kaca sediaan yang diwarna menghadap kebawah untuk mencegah
melekatnya debu dari udara.
5) Deperiksa menggunakan mokroskop 1000 kali dengan
menggunakan oil imersi.
H.
Analisa Data
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel yang dilengkapi dengan
penjelasan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Puskesmas
Nangapanda Kabupaten Ende Nusa Tenggara Timur,selama 2 minggu dari tanggal 09
juni s/d 21 juni 2014 dengan mengambil sampel pasien sebanyak 10 pasien yang
menderita penyakit malaria.
Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel yang
dilengkapi dengan penjelasan sebagai berikut:
Tabel 1.A Distribusi
karakteristik plasmodium falciparum pada sedian
tetes darah tebal pada penderita malaria.
No
|
Stadium
plasmodium falciparum
Pada tetes tebal
|
frekuensi
|
Persen
|
1.
2.
3.
|
Tropozoit
Skizon
Gametosit
|
6
2
2
|
60%
20%
20%
|
|
Jumlah
|
10
|
100%
|
Tabel 1.A Menunjukan bahwa stadium plasmodium
falciparum pada tetes tebal
ditemukan tropozoit sebanyak 60%,skizon sebanyak 20%,dan gametosit 20%.
Tabel 1.B Distribusi
karakteristik plasmodium falciparum
pada sediaan darah tipis pada penderita
malaria.
No
|
Stadium plasmodium falciparum pada darah tipis
|
frekuensi
|
Persen
|
1.
2.
3.
|
Tropozoit
Skizon
Gametosit
|
6
2
2
|
60%
20%
20%
|
|
Jumlah
|
10
|
100%
|
Tabel 1.B Menunjukan bahwa stadium plasmodium falciparum pada sediaan darah tipis ditemukan tropozoit
60%,skizon sebanyak 20%,dan gametosit 20%.
Tabel 2.A Distribusi karakteristik plasmodium vivax
pada sediaan tetes darah tebal pada penderita malaria.
No
|
Stadium plasmodium vivax pada tetes tebal
|
frekuensi
|
Persen
|
1.
2.
3.
|
Tropozoit
Skizon
Gametosit
|
6
2
2
|
60%
20%
20%
|
|
Jumlah
|
10
|
100%
|
Tabel 2.A Menunjukan bahwa stadium plasmodium vivax
pada sediaan tetes darah tebal ditemukan tropozoit sebanyak 60%,skizon sebanyak 20%,dan gametosit 20%.
Tabel 2.B Distribusi karakteristik plasmodium vivax pada sediaan darah tipis pada
penderita malaria.
NO
|
Stadium plasmodium vivax pada sediaan darah tipis
|
frekuensi
|
Persen
|
1.
2.
3.
|
Tropozoit
Skizon
Gametosit
|
6
2
2
|
60%
20%
20%
|
|
Jumlah
|
10
|
100%
|
Tabel 2.B Menunjukan bahwa stadium plasmodium vivax
pada sediaan darah tipis ditemukan tropozoit sebanyak
60%,skizon sebanyak 20%,dan gametosit 20%.
Tabel 3.A karakteristik plasmodium falciparum pada tetes tebal dan sediaan darah tipis pada penderita
malaria.
NO
|
stadium plasmodium falciparum
|
Karakteristik
|
|
Tetes
tebal
|
Sediaan apus darah
|
||
1
2.
3.
|
Tropozoit :
Inti
Sitoplasma
Eritrosit
Skizon :
Inti
sitoplasma
eritrosit
Gametosit :
Inti
Sitoplsma
Eritrosit
|
Inti bulat,berwarna merah kecil,dan padat.
Sitoplasma biru,halus berbentuk cincin,koma tanda
seru,dan tanda tanya.
Eritrosit yang tidak terhemolisa sempurna,dapat
ditemukan zona merah(kecil).
Inti warna merah,kecil padat setiap inti di kelilingi
sitoplasma.
Sitoplasma berwarna kebiruan,melebar,belum membagi
diri.
Eritrosit yang tidak terhemolisa sempurna dapat
ditemukan zona merah(kecil).
Inti berwarna merah,dan padat.
Sitoplasma ujungnya meruncing dan berwarna biru.
Eritrosit bentuknya utuh,parasit d temukan didalam eritrosit.
|
Berukuran kecil,inti merah,padat/kompak.
Sitoplasma biru,dan halus.
Ukuran eritrosit yang terinfeksi sama dengan eritrosit
normal.
Inti berwarna merah,keci dan padat.
Sitoplasma berwarna kebiruan,melebar,belum membagi
diri.
Ukuran eritrosit yang terinfeksi sama dengan eritrosit
normal.
Inti berwarna merah,padat dan kompak.
Sitoplasma ujungnya meruncing dan berwarna biru.
Eritrosit bentuknya utuh,parasit ditemukan didalam
eritrosit.
|
Tabel 3.A Mnunjukan
bahwa karakteristik plasmodium falciparum pada sediaan
tetes tebal dan sediaan darah tipis pada penderita malaria dengan 10 sampel ternyata
ditemukan stadium tropozoit,skizon,dan
gametosit dengan ciri yang hampir sama.perbedaannya yaitu inti pada
tropozoit berukuran kecil,dan
sitoplasmanya sangat halus.sedangkan skizon intinya
kecil dan padat,dan sitoplasmanya melebar dan gametosit
intinya padat dan kompak dan sitiplasma ujungnya meruncing.bentuk eritrosit pada sediaan tetes tebal
eritrosit yang
tidak terhemolisa sempurna,dan dapat ditemukan zona merah (kecil) dan didalam ada terinfeksi
parasit.sedangkan bentuk
eritrosit pada sediaan darah tipis eritrosit yang terinfeksi
sama dengan eritrosit normal,bentuk utuh,parasit ditemukan didalam eritrosit.
Tabel 3.B karakteristik
plasmodium Vivax pada tetes tebal dan
sediaan
darah tipis pada penderita malaria.
NO
|
Stadium plasmodium
vivax
|
Karakteristik
|
|
Tetes tebal
|
Sediaan apus darah
|
||
1.
2.
3.
3.
|
Tropozoit:
Inti
Sitoplasma
Eritrosit
Skizon:
Inti
Sitoplasma
Eritrosit
Gametosit:
inti
sitoplasma
eritrosit
|
Inti bulat,padat dan berwrna warna merah.
Berwarna biru,kasar(tebal)bentuk cincin,dan bentuk
cabang tidak beraturan.
Bentuk tidak utuh,parasit ditemukan diluar eritrosit.
Berwarna merah,padat dan membagi diri lebih dari 1.
Berwarna biru,padat,menyebar tapi masih menyatu.
Tidak utuh,parasit ditemukan diluar eritrosit.
Inti berwarna merah dan padat.
Sitoplasma berwrana biru melebar.
Eritrosit ukurannya membesar dan memenuhi parasit.
|
Inti bulat,padat dan berwarna merah kecil.
Berwarna biru,kasar(tebal)bentuk tidak beraturan.
Eritrosit yang terinfeksi lebih besar dari eritrosit
normal.
Berwarna merah,melebar dan lebih dari 2.
Berwarna biru,dan melebar.
Eritrosit yang terinfeksi lebih besar dari eritrosit
normal.
Inti berwarna merah dan padat.
Sitoplasma kasar,warna biru dan melebar.
Eritrosit yang terinfeksi lebih besar dari eritrosit normal.
|
Tabel 3.B Menunjukan bahwa karakteristik plasmodium
vivax pada sediaan
tetes tebal dan sediaan darah tipis pada penderita malaria dengan 10 sampel ternyata
ditemukan stadium tropozoit,skizon,dan
gametosit dengan ciri yang hampir sama. Perbedaannya yaitu inti pada tropozoit bulat,padat dan warna merah, dan
sitoplasmanya kasar.skizon
intinya warna merah,padat dan sitoplasmanya berwarna
biru,padat dan melebar. Bentuk eritrosit
pada sediaan tetes tebal tidak utuh,parasitnya
ditemukan diluar eritrosit.sedangkan
bentuk eritrosit pada sediaan darah tipis eritrosit
yang terinfeksi lebih besar dari eritrosit normal.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh pada tabel 1A distribusi karakteristik plasmodium falciparum pada
tetes tebal dengan 10 sampel diperoleh 6 stadium tropozoit, 2 stadium skizon
dan 2 stadium gametosit. Pada tabel 1B, distribusi karakteristik plasmodium
falciparum pada sediaan darah tipis dengan 10 sampel ternyata diperoleh hasil
yang sama yaitu 6 stadium tropozoit,2 stadium skizon,dan 2 gametosit.
Hasil penelitian yang diperoleh dari
presentase tabel 2A distrubusi karakteristik plasmodium vivax pada sediaan
tetes tebal dengan 10 sampel ditemukan tropozoit 6,skizon 2 dan gametosit
sebnyak 2.sedangkan pada tabel 2B distribusi karakteristik plasmodium vivax
pada sediaan darah tipis dengan 10 sampel ternyata diperoleh hasil yang sama
yaitu ditemukan stadium tropozit
sebanyak 6, stadium skizon 2 dan stadium gametosit sebanyak 2.
Hasil penelitian pada tabel 3A
terhadap karakteristik plasmodium
falciparum pada sediaan tetes tebal dan sediaan darah tipis dengan 10
sampel yang diteliti ternyata ditemukan tropozoit,skizon dan gametosit dengan
ciri yang hampir sama. Perbedaannya terlihat pada sitoplasmanya. Ciri tropozoit
yaitu inti bulat kecil,padat dan warna merah,terdapat 1 inti. Sitoplasma warna
biru berbentuk cincin. Eritrositnya tidak terhemolisa banyak parasit d temuka d
luar eritrosit.skizon dengan ciri inti berwarna merah,ukurannya padat dan
kecil,terdapat 1 inti.sitoplasmanya warna biru, melebar blum membagi
diri.bentuk eritrosit tidak sempurna parasit ditemukan diluar eritrosit. Dan
gametosit dengan ciri inti berwarna merah,padat,terdapat 1 inti.sitoplasmanya
ujung meruncin,warna biru. Bentuk eritrosit utuh dan sebagian eritrosit
terinfeksi oleh parasit.
Pada tabel 3B terhadap karakteristik
plasmodium vivax pada sediaan darah
tebal dan sediaan darah tipis dengan 10 sampel yang diteliti ditemukan
tropozoit,skizon dan gametosit dengan ciri yang hampir sama. Ciri tropozoit
intinya bulat,padat,dan warna merah terdapat 2 inti. Sitoplasma warna
biru,kasar bentuk cincin dan tidak beraturan(amuboid). Eritrositnya tidak
utuh,parasit ditemukan diluar eritrosit. Skizon dengan ciri inti berwarna
merah,padat dan membagi diri lebih dari 1. Sitoplasmanya warna biru,padat,dan
menyebar tapi masih menyatu. Bentuk eritrosit tidak utuh,parasit ditemukan
diluar eritrosit. Dan gametosit dengan ciri inti berwarna
merah,padat,sitoplasma melebar dan berwarna biru. Bentuk eritrosit membesar dan
memenuhi parasit dan eritrosit terinfeksi oleh parasit.
Perbedaan karakteristik plasmodium falciparum
dan plasmodium vivax pada sediaan tetes tebal dan sediaan darah tipis terlihat
jelas pada eritrositnya. Pada sediaan tetes tebal eritrositnya tidak
utuh,parasit ditemukan diluar eritrosit karena mengalami hemolisa sehingga sel
darah merah hancur sebagian atau seluruhnya. Kepadatan parasitnya tinggi,
sedangkan pada sediaan darah tipis eritrositnya utuh,kepadatan parasitnya
kurang,parasit ditemukan didalam eritrosit karena mengalami fiksasi sehingga
sel-sel terutama sitoplasma tidak mengalami kerusakan.
Dari hasil penelitian tersebut,maka
dapat dikatakan bahwa sediaan tetes tebal lebih baik digunakan untuk
pemeriksaan malaria karena kepadatan parasitnya tinggi sehingga membutuhkan
waktu yang singkat untuk memeriksa dan menemukan parasit malaria. Sedangkan
pada sediaan darah tipis membutuhkan waktu yang lama untuk menemukan parasit
karena kepadatan parasitnya dan kemungkinan besar diadakan diagnosa negatif.
Berdasrkan kesimpulan diatas maka
disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat melihat bentuk plasmodium
dari spesies lain pada penderita malaria yang positif.
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa semua penderita malaria positif ternyata
mengandung plasmodium falciparum dan plasmodium vivax pada sediaan darah
tebal maupun sediaan darah tipis.
B. Saran
Berdasrkan pada kesimpulan
diatas,maka diharapkan kepada pemerintah setempat harus diadakan
penyuluhan,pemeriksaan,dan pengobatan pada pasien yang menderita malaria.
DAFTAR PUSTAKA
Bruckner, David A,
Grac,Lynne S, 1998 Diagnostik Parasitologi Kedokteran,Jakarta, EGC
Departemen Kesehatan,1989, Parasitologi Medik, Jilid I,
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Jakarta.
Departemen
Kesehatan, 1991,Petunjuk Pemeriksaan
Laboratorium Puskesmas, Jakarta.
Departemen Kesehatan,1989, Modul Parasitologi Malaria
2,Jakarta.
Gandahusada Srisari. Prof .dr,dkk, 1998, Parasitologi
Kedokteran,Edisi III,Jakarta, Fakultas Kedokteran ,Universitas Indonesia.
Gandasoebrata R, 1999, Penuntut Laboratorium Klinik,
Jakarta,EGC.
Harijanto. Dr. P.N. Sp.Pd ( Editor ), 1999, Malaria
Epidemiologi Patagenesis Manifestasi Klinis dan Penanganan, Jakarta, Penerbit
buku kedokteran ,EGC.
Notoatmodjo soekidjo, Dr,2002, Metodologi Penelitian
Kesehatan, Jakarta.
Nugroho, A., Tumewu, W.M. Siklus Plasmodium Malaria. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,
2003.
Pribadi W. Resistensi Plasmodium vivax terhadap obat
klorokuin (sari pustaka).
Rosdiana Safar,
Hj. Parasitologi Kedokteran.Editor;
Nunung Nurhayati;Cet. I. Bandung; Yrama widya, 2009.
Sdehan
Bariah,dkk, 2005, Penuntut
Praktis Parasitologi Kedokteran,Surabaya.
Sutisna Putu.Prof,
Dr, 2004, Malaria Secara Ringkas, Dari
Pengetahuan Dasar Sampai
Terapan.
Anonim,available athttp://en.wikipedia.org/wiki/Giemsa
staindiakses tanggal 27 November 2013.
Anonim,avialable athttp://percikcahaya.blogspot.com/2010/cara-menemukan-parasit-malaria.html
akses tanggal 27 November 2013.
Anonim,avialable athhtp://aakbandaaceh.wordpres.com/2010/cara-mudah-mengidentifikasi-parasit-malaria/akses
tanggal 28 November 2013.